PUISI FAJRIN
Tangisan Bahagia
Telah aku sadari bahwa bukanlah DIA yang aku harus tangisi
Bukan orang yang telah membuat aku menangis
Tapi..
Keluarga, teman, dan badanku yang sehat juga utuh itu yang PATUT aku tangisi dengan
Tangisan Bahagia ...
Jadilah teman hatiku
Ku mencitaimu dari segala apapun dan lebih dari apapun
Tapi kini ku telah tahu bahwa kau tidak bisa kumiliki dengan seutuhnya
Maka, aku mohon dengan tulus pada hatimu jadilah TEMAN yang sangat bearti
TUHAN, lupakanlah dan hilangkanlah rasa cinta yang bergejolak ini dan jadikanlah jadi rasa pertemanan yang takkan lepas
Kumohon, Jadilah temanku seutuhnya di hatiku !
Amarah Terpendam
Hatiku panas, marah dan tak terkendali saat kau tak pernah menyentuh hatiku
Kau, kau tertawa dengan mereka dengan terbahak-bahak
Sedangkan aku? Kau acuhkan dengan tatapanmu yang tak anggap aku ada
Apa semua kata-katamu itu palsu? Dan hanya untuk menyenangkan hatiku?
Jika aku diijinkan oleh-NYA, aku ingin tampar kau sekeras dengan amarah terpendamku !
Harapan
Berjuta harapan yang aku inginkan
Namun, satu harapan yang ingin aku rasakan, yaitu saat-saat aku bersamamu
Tapi, rasanya tak mungkin itu terjadi
Kau sudah menolakku dengan mentah dan acuhkan aku
TUHAN, ijinkanlah aku untuk melupakan dia
Aku ingin hidup tanpa dia, jika itu yang terbaik
Itu HARAPAN aku yang aku mau
Aku miris padanya
Saat aku berontak ingin memilikinya, dia hanya bilang YA
Saat aku meminta lagi, dia bilang YA
Kata itu yang selalu dia katakan
Tapi, malah orang lain yang mendapatkan keinginanku
Aku miris padanya
Entah siapa aku
Disaat aku merenung akan diriku
Aku hanya bisa menangis dan berharap
Aku selalu bertanya pada diriku sendiri
SIAPA AKU INI di hadapanya ?
Tak ada duanya
Kuucapkan Allahu akbar dengan lantang dan keras
Hanya nama-MU yang selalu aku sebut di setiap langkahku
Disaat aku butuh, engkau selalu ada
Disaat aku sedih engkau pun ada
Kini aku sadari kau tak duanya
AMARAH KU
Dimana kau ?
Sedang apa kau ?
Aku disini menangis menantimu
Wahai Sang BAHAGIA datanglah
Rasa itu telah pergi dari benak ku
Entah kemana kau pergi
Disini, hanya amarahku yang terpendam
Merasa hidup itu hampa , sunyi , gelap , dan menyedihkan
Ku hanya bisa memendam amarahku
Aku bertanya pada bintang , bagaimana cara untuk mengungkapkan amarah?
Bintang pun diam membisu, hanya sang bulan yang menertawaiku
Aku diam dengan AMARAH ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar