Di keadaan
rumah Marsya, ayah dan ibu Marsya mulai mencemaskan Marsya, ayah yang tadinya
tak perduli akan tingkah Marsya, sekarang ayah pun mulai cemas. Ibu tak
berhenti menangis, ayah tak kunjung berhenti menelfon rumah teman-teman Marsya
di tengah malam, ayh sudah mencoba menelfon polisi, namun polisi belum menerima
laporan ayah Marsya dikarenakan belum 24 jam ayah menunggu kepastian.
Keesokan
paginya..
Marsya bangun dengan keadaan yang
berbeda pada saat tadi malam, ia bangun pagi-pagi sekali, udara dingin menusuk
kedalam raga Marsya, Mata Marsya masih sedikit tertutup, namun Aris
membangunkan nya, dan menyuruh nya untuk berganti baju dan sarapan sedikit.
“ Marsya bangunlah, sudah pagi,
cepat ganti baju mu dan sarapan bersama-sama.”
“ Arghh, nanti saja aku bangunnya
dingin, males, sebentar lagi saja ya Ris.”
Tanpa menghiraukan kata-kata yang
di keluarkan oleh Marsya, dia langsung menyeret nya bangun dan segera berganti
baju, Marsya pun berganti baju dengan sedikit risih, karena bajunya tak sebagus
yang ia pakai sehari-hari, sarapan yang ia makan hanya sepiring goring singkong
yang tak bearti bagi Marsya, namun bagi keluarga aris itu berharga sekali.
Aris membawa sebuah alat yang
sederhana yang terbuat dari kayu yang di tancapkan tutup-tutup botol yang
berbunyi dengan sedikit nyaring. Marsya yang sedikit malas dan mengeluh
mengikuti Aris dari belakang sambil berbicara pada bathin nya sendiri.
‘ Arghh, harus ikut ngamen ? sadar
Marsya, kamu itu anak manager , masa
harus ngamen di jalan yang banyak debu juga polusi, Ayah lagi ternyata ayah ga
sayang ma aku, ibu juga. Sampai sekarang mereka ga nyariin aku, apa aku balik
lagi aja ya ? eitss, Jangan deh, ntar yang dapet malah Ceramahan dari ayah ma
ibu.’
Sampai di tepi jalan yang sudah
terlihat macet di seisi jalan, kendaraan yang memenuhi jalan orang-orang yang
berjalan yang akan mencari uang, Mereka langsung menuju tempat yang biasa Aris
mengamen, yaitu Lampu merah yang ada di ujung jalan.
Beberapa menit, lampu merah pun
menyala, itu kesempatan
untuk Anak-anak pejalan untuk memulai bekerja mencari sepeser uang. Aris langsung memainkan gitar kecilnya, dan
Marsya memegang Kecrek yang dibuat aris. Dan Mereka mulai bernyanyi…
“ syukuri apa yang ada ..hidup adalah anugerah. Tuhan pastikan menunjukan
kuasa nya, bagi hamba nya yang sabar dan tak kenal putus asa. Jangan menyerah…”
Mereka bernyanyi kompak, namun wajah Marsya sedikit cemberut karena malas
dengan pekerjaan yang ia jalani.
Pikir ia, di luar sana akan
mendapatkan kebahagiaan yang melimpah, namun sebaliknya, ia malah ikut bersusah
payah. Dan ia pikir juga kedua orang tuanya akan mencari nya, namun sudah
sampai sekarang tak kunjung mencarinya.
Di suasana rumah Marsya, ibu nya
Marsya tak kunjung berhenti untuk berdo’a akan keselamatan Marsya, ayah nya
Marsya pun sedang mencarinya ke tempat-tempat yang biasa Marsya kunjungi,
sambil menunjukan foto Marsya untuk mencarinya lebih mudah. Namun apalah
hasilnya, ayah tak menemukan jejak Marsya.
Di keadaan Marsya dan Aris bekerja
di jalanan, tiba-tiba sosok laki-laki yang sedikit terlihat sangar , dan kekar
akan otot-otot di tangan nya, dan bekas codetan di pipi kanan nya, membuat
semua anak jalanan takut. Marsya bertanya-tanya dalam hati, siapakah dia. Lalu
semua anak jalanan di kumpulkan oleh nya. Semua anak ketakutan oleh nya. Aku
bingung sendiri, namun Marsya di perbolehkan untuk diam di ujung jalan oleh
Aris. Aku melihatnya dari jauh, uang-uang yang di kumpulkan oleh anak-anak
jalanan, dengan gampangnya di ambil oleh sang preman. Marsya iba melihatnya, dia tak berkedip sekali pun,
matanya terbelalak melihat anak-anak di paksa untuk menyerahkan uang yang di
kumpulkan dengan keringat nya. Dan terlihat giliran Aris, Marsya tahu
penghasilan Aris hanya sedikit karena dirinya yang jengkel. Aris maju dengan
wajah tertunduk dan berkata sepatah kata ..
“ Maaf bang, Cuma segini yang aku
hasilkan. Ini bang, besok akan lebih banyak.”
“ Hah ? segini ? gue liat lu ngamen berdua sama anak cewek, harusnya lu lebih banyak dari biasanya. Tiap hari segini, huh dasar ga
berguna.” Teriak sang preman di depan wajah Aris.
Aris menghampiri Marsya dengan
senyuman yang indah dari hatinya, Marsya bingung dengan Aris, setelah di marahi
preman sempat-sempat nya dia tersenyum senang. Lalu dia berbicara kepada Marsya
dengan senyuman yang senang..
“ Marsya, mari kita cari makan
siang untuk mu, jangan bilang-bilang ya marsya, sebenarnya aku menyimpan uang
di kantung baju mu. Coba deh raba, lumayan buat beli nasi sama lauknya. Kalau
di aku, wah ludes udah uang itu.”
Marsya meraba kantung baju nya,
terlihat dua lembar lima ribu dan lima
lembar seribuan.
“ Hah ? lima belas ribu ? emang cukup ? aku ga mau ah, kalo makan nya cumin
nasi sama tahu tempe, apalagi sama mie instant. Sorry ya bro..”
“
Kamu ini, mau makan tidak , masih untung aku sisain uang
hasil jerih payah aku. Ya sudah kalau kau tidak mau makan. Terserah..!!” Aris
berkata sambil berlalu meninggalkan Marsya
Marsya menyusul nya dan berteriak “
Ya aris, tunggu aku mau ikut deh. Tungguuu”
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar