Senin, 26 Maret 2012

Penyesalan Sang Pemberontak ~ Story

Marsya Alya Putri, namanya memang bagus dan cantik begitu pun dengan wajah nya yang indah dan menawan, rambut yang lurus yang selalu ia ikat dengan ikat rambutnya juga jam tangan yang selalu ia gunakan. Namun sayangnya hati dia tak secantik wajah dan namanya.Dia anak pasangan dari Ibu Mariana Silvana dan Pak Antonio Freddy.  Dia terlahir dari keluarga yang cukup akan ekonomi. Dia bersekolah di SMP PELITA BANGSA JAKARTA. Segala hal dia dapati dari kedua orangtua nya, namun dia tak membalas budi kebaikan kedua orang tua nya, setiaphari dia berontak dengan pendapat orang tuanya, guru BK di sekolahnya pun hampir setiap hari memberikan surat peringatan untuknya namun tak dihiraukan sama sekali. Ketika ia di beri nasihat, hanya di dengar oleh telinga kanan dan keluar dari telinga kiri, apalagi di kasih pengertian, orang tua Marsya sudah angkat tangan melihat sifat anaknya seperti itu. Namun apalah arti kasih sayang, kedua orangtua nya selalu memberikan yang terbaik untuknya dan kasih sayang yang penuh dengan cinta.
           
Suatu hari, ia akan berangkat ke sekolah dengan wajah yang penuh paksaan. Karena ibunya yang memaksa untuk bersekolah lagipula bis sekolah sudah menjemputnya. 
“Marsya, cepat turun dan segeralah pergi ke sekolah.” Perintah ibunya agak berteriak, karena kamr Marsya terletak di lantai atas.
“Ah, Ibu. Marsya males banget, pasti di bis aku cuma ngedengerin omongan anak-anak KPM (Kumpulan Penggemar Matematika) yang di penuhi angka-angka, trus anak KPI (Kumpulan Penggemar IPA), apa lagi anggota kesenian, selalu membawa alat musik yang bikin telinga Marsya budek Bu.” Keluh Marsya yang masih berada di dalam kamarnya. Tanpa menghiraukan kata-kata Marsya, Ibunya langsung menyeret Marsya untuk turun dan masuk kedalam bis yang sudah menunggunya selama 15 menit. Kelakuan Marsya sudah tak dihiraukan lagi  karena bagi siswa yang lain itu sudah biasa.
Lalu, sosok wanita yang sebaya dengan Marsya langsung melambaikan tangan kearah Marsya seakan memberi isyarat salam padanya, dia adalah teman Marsya yang setia mendampingi Marsya selama dia bersekolah di SMP PELITA BANGSA. Yang bernama BILSYA ALUCKYTA BILSYAIDAH, nama yang bagus, sesuai dengan hati dia sabar dan penyayang.
“Pagi Marsya!!! Wah..wah wajah kamu udah di tekuk kaya kasur lipet gitu. Jelek ah. Hari gini, ekspresi muka kaya gitu masih dipake? Come on beib, keep smile for this morning.” Sapa Bilsya sambil bercanda.
“Banyak omong kamu Sya, mentang-mentang kamu anak EC (English club) kambuh deh English-nya. Udah ah geser sana duduknya.. Mana sekarang pelajaran matematika, aku males banget. Kaya kiamat deh kalo Pak Hasan dateng ke kelas.” keluh Marsya dengan nada yang lemas.
Tiga puluh menit berlalu, bis sekolah sampai di parkiran Pelita Bangsa yang bercat putih-biru berpemandangan pepohonan rindang, hijau nan asri.
Marsya dan Bilsya langsung menuju kelas nya yaitu VII B3. Tanpa menghiraukan teman-temannya yang biasanya suka ngerumpi di depan kelas, ia pergi menuju kantin sekolah sendirian. Bagi dia kantin adalah tempat yang paling indah daripada kelasnya. Dia duduk di kantin selama 5 menit sambil memakan roti yang ada didepannya. Tak lama, roti yang digenggamnya pun habis. Bel masuk pun berbunyi “ it’s time to begin the first lesson.” Sedangkan Marysa tak langsung pergi ke kelas, ia malah melanjutkan duduk santainya tanpa teringat bahwa dia semalam tak mengerjakan tugas matematika. Lalu dia pergi ke kelasnya dan masih dalam keadaan tak sadar bahwa dia tidak mengerjakan tugas Pak Hasan yang tak lain adalah guru Matematikanya. “Aduh!! Mampus deh. Mana lupa lagi gak ngerjain tugas Pak Hasan” gumamnya dalm hati.
Tuk..tuk..tuk,” Marsya mengetuk pintu kelas dengan perlahan dan sepertinya terasa hawa-hawa kematiannya dimarahi Pak Hasan. Ternyata benar apa yang ia pikirkan, yang membukakan pintu untuknya adalah Pak Hasan secara langsung Marsya pun terkena hujan lokal-nya Pak Hasan.
“ MARSYAAAA!!!! Kemana saja kamu? Pelajaran saya sudah mulai dari 5 menit yang lalu, mana tugas kamu?! cepat kumpulkan.” Bentak Pak Hasan yang menggelegar di pikiran Marsya.
Adakah keajaiban untuk Marsya, agar terbebas dari sanksi yang di beri Pak Hasan? Entahlah..
-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar