Senin, 26 Maret 2012

Penyeselan Sang Pemberontak ~ Part V


Ayah dan ibu marsya tak berdiam diri di rumah, sebagai orang tua, mereka tak tinggal diam, ayah masih mengurus di kantor polisi yang tak kunjung selesai.
“ Bapak Antonio, anak bapak yang bernama Marsya Alya Putri, belum kami temukan. Adakah foto yang lain selain ini ? karena dengan foto ini kami sulit mencarinya.”
“ Pak polisi, saya sudah melaporkan kasus ini 2 hari yang lalu, sampai sekarang belum di temukan juga ? anak saya bukan anak ajaib pak, yang bisa kabur kemana-mana. Jakarta itu memang luas.” Teriak ayah Marsya yang sedikit kesal
Ibu marsya sedikit meredam emosi ayah Marsya yang terlihat sudah naik darah. Lalu ibu meminta polisi untuk mencari Marsya lebih detail lagi.

Di keadaan Marsya yang susah untuk mendapatkan makan dia masih belum juga berubah pikiran, dia belum berfikiran untuk kembali ke rumah. Ia masih berkeinginan untuk di belikan i-pad oleh ayah nya. Ia tak berfikir bagaimana perasaan kedua orang tua nya yang mencemaskan dia. Di tengah ia sedang duduk di tepi jalan Aris menghampiri nya dengan segelas air es untuk nya.
“ Marsya, sebenernya kamu itu anak siapa ? dari mana asal kamu, emang ga ada yang cemasin kamu selama 2 hari ini ?”
“ engga ada, paling kalau balik lagi ke rumah, apa yang aku dapet..paling hujan lokal dari ayah aku. Pasti apa yang aku mau ga akan di beliin. So , buat apa aku balik lagi.” Jelas Marsya
“ jadi ceritanya kamu kabur Marsya, inget ya orang tua kamu pasti cemasin kamu yang pergi entah kemana. Mending kamu pulang saja.”
“ aku bilang enggak mau enggak mau.”
Aris sudah mencoba menasihati teman nya yang keras kepala itu, namun alhasil Marsya masih tetap tidak mau pulang. Aris mengajak Marsya untuk kepasar untuk membeli baju untuknya, dengan uang yang secukupnya. Ibu Aris sangat sayang pada Aris juga Marsya, jadi ibu Aris tak mau teman Aris ikut menderita.
Mereka menelusuri jalan sempit juga becek dan bau, Marsya masih saja tidak terbiasa dengan keadaan yang seperti itu. Tapi dengan terpaksa ia berjalan mengikuti kemana arah Aris pergi. Lalu terlihatlah  sebuah toko yang sederhana yang bernama TOKO SERBA ADA DAN MURAH, Marsya bingung melihat Aris mengajak nya ke toko itu, terlihat di sebelah kiri banyak buah-buahan yang tersusun rapih dan di bagian atas tertata ikan-ikan yang di jemur. Dan terlihat juga di bagian dalam terlihat baju-baju yang menumpuk yang di hampiri oleh Aris.
“ nah, mau beli yang mana Aris, buat siapa ? ibu mu atau adik mu.” Seru ramah sang penjual
“ Bukan bang, ini buat temen, kenalin Marsya. Ada ukuran baju untuknya ?”
“ temen apa temen Aris, ah jangan-jangan pacar kamu ya Ris. Becanda abang, di sebelah sini Ris.”
Aris dan Marsya pun menuju tempat yang di tunjuk sang penjual, Aris mulai memilih-milih baju yang cocok untuknya, namun apalah, Marsya tak sedikit pun menyentuh baju yang ada di tempat itu, dia hanya melihat kearah kiri di pojok, aris pun memerhatikan Marsya tanpa Marsya sadari, ternyata Marsya melihat setumpuk bando-bando yang terkesan lucu di lihatnya, namun harga nya terkesan mahal. Jadi aris hanya membelikan dua pasang baju bwerwarna biru dan ungu, Marsya tak begitu senang di belikan baju seperti itu. Mungkin bagi dia itu hanya baju bekas. Aris pun membayar baju itu dengan uang sepuluh lembar seribuan.

Sampai di rumah Aris, terdengar suara tangisan adik Aris yang sedikit berteriak, Aris langsung menuju kamar ibu nya. Dan menanyakan apa yang terjadi
“ adik, ibu kenapa ? “
“ ibu kak, ibu tadi pingsan tiba-tiba”
“ cepat ambilkan air hangat dan handuk ya dik.”
Aris begitu cemas, mata aris sedikit mengeluarkan air mata dan badannya berkeringat, tapi berbeda dengan Marsya, Marsya terlihat santai saja, mungkin ia terbiasa dengan hadir nya dokter jika ia sakit. Namun berbeda dengan keadaan Aris, dengan biaya yang kurang ia tak pernah membawa ibu nya ke rumah sakit atau pun pukesmas. Ternyata ibu Aris mengidap penyakit lukeumia, sudah lama ibu Aris menderita penyakit itu.
Marsya hanya duduk santai di luar, dia menikmati udara sore. Lalu Aris menghampiri Marsya dengan wajah yang sedikit memerah dan sedikit emosi.
“ Marsya, kamu itu siapa ? kau hanya mebebankan hidup aku. Kau ketergantungan pada orang lain. Apa kau punya keluarga ? kalau punya cepatlah pulang.”
“ Aris, kamu ini kenapa? Kesambet apa?”
“ aku kasih tahu ya, orang tua kamu itu sayang sekali dengan mu. Apa kau tak menyadari itu ?”
“ apa ? sayang ? mereka juga ga bisa beliin apa yang aku mau. Jadi aku kabur saja, mungkin saja orang tua mengerti akan kemauan ku, tapi sampai sekarang mereka tak mencari ku.”
“ kau ini ya, coba renungkan, baju yang kau kenakan, makanan yang sehari-hari kau makan, barang-barang yang istimewa, semua nya. Itu orang tua mu yang membelikan.”
Marsya hanya bisa menundukkan kepala setelah Aris menasihati nya, Aris berniat untuk menyadarkan Marsya, Aris mungkin sedikit kesal akan kelakuan Marsya. Ia tidak menyadari bahwa orang tua segalanya.
Waktu menunjukan pukul 14.00 siang. Aris mengajak Marsya untuk mencari uang kembali dengan cara mengamen kembali, sedangkan ibunya di tinggaln dahulu dan di jaga oleh adiknya. Marsya memilih untuk ikut, sepanjang jalan ia hanya tertunduk dengan mulut yang tertutup. Aris langsung menuju lampu merah yang sedang menyala, dia bernyanyi dengan kemampuan nya, ada satu mobil yang memberinya dua keeping lima ratus ada juga  selembar seribuan.

-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar